RAMALAN JODOH

BISNIS ONLINE GRATIS

paypermails.com

Sabtu, 19 Juni 2010

Viagra Perempuan Ternyata Tak Sedahsyat yang Dibayangkan

   Ditemukannya flibanserin, pendongkrak libido pertama untuk perempuan mendapat sambutan cukup hangat. Namun ternyata selain efeknya tak sedahsyat yang dibayangkan, berbagai efek samping juga terungkap dalam sebuah penelitian.
  Badan POM Amerika Serikat (FDA) menyimpulkan hal ini setelah obat kontroversial itu gagal dalam 2 pengujian untuk melihat efektivitasnya. Efek dari flibanserin ini hanya sedikit meningkatkan kepuasan, dan tidak mendongkrak gairah seperti yang digembar-gemborkan.
Dikutip dari Dailymail, Kamis (17/6/2010), FDA juga menemukan beberapa efek samping termasuk rasa kantuk, depresi dan pusing. Tak hanya itu, sejumlah kemungkinan interaksi dengan obat lain semakin mendorong FDA untuk memikirkan kembali ijin edarnya. 
  Untuk itu komite penasihat FDA akan menggelar pertemuan untuk mempertimbangkan ijin edar di Amerika Serikat pada Jumat mendatang. Rekomendasi dari pertemuan tersebut akan dipakai oleh FDA untuk menentukan kebijakan.Apabila berdasarkan hasil penelitian tersebut flibanserin dilarang beredar di Amerika Serikat, maka diperkirakan flibanserin juga akan dilarang di Eropa. Padahal Boehringer Ingelheim, perusahaan yang memproduksinya telah memperkirakan penjualan lebih dari 2 miliar pounsterling di seluruh dunia.
  Sejak Viagra ditemukan (sildenafril) pada tahun 1998, perusahaan obat berlomba-lomba menciptakan obat sejenis yang bisa digunakan oleh perempuan. Namun hingga kini belum ada yang benar-benar mencetak sukses. Kalangan dokter juga banyak yang bersikap skeptis terhadap ide tersebut, bahkan menuding kalangan industri sengaja mencari pasar untuk obat-obat baru. Demikian juga terkait manfaatnya, viagra perempuan banyak diragukan oleh kalangan tersebut. 
  Areanya cukup rumit, karena tidak seperti disfungsi ereksi yang secara mekanis memang merupakan masalah besar. Hal itu tidak ditemukan pada perempuan. Jika perempuan tidak punya gairah, apa masalahnya?” kata Dr Elizabeth Kavaler dari Lenox Hill Hospital
.
Sumber: DetikHealth

Tidak ada komentar:

Posting Komentar